Merapi Merbabu Expedition 2006
Catatan Perjalananku : Merapi - Merbabu 23 - 31 Januari 2006
23 Januari 2006, 16:05, Stasiun Ketanggungan Timur - Brebes
23 Januari 2006, 16:05, Stasiun Ketanggungan Timur - Brebes
"Fiuuuuhhh...akhirnya jadi berangkat juga team ASTAPALA ini!" Begitu gumamku sambil memandangi satu per satu wajah anggota team Merapi Merbabu Expedition 2006 saat menunggu kereta api Gaya Baru Malam Jurusan Jakarta - Surabaya yang akan membawa kami ke stasiun Balapan - Solo Ada Aji, Awan dan Lukman yang asyik berfoto-foto ria, Sri Asih yang lagi ribet dengan tas carriernya, Ajat yang terlihat pasrah tertimbun tumpukan tas carrier kami ( karena dia anggota team yang paling muda maka kami menjadikan dia bawang pupuk...hehehe!). Ada juga Uki dan Ika yang sedang asyik ngobrol di beranda stasiun dan terlihat juga Andri yang sibuk mondar-mandir membeli tiket untuk kami semua. Sementara aku sendiri ditemani Agung yang terlihat kecewa karena tidak bisa ikut kami karena harus mengikuti ujian penerimaan calon bintara polisi di Bandung 2 hari lagi. Melihat barang-barang bawaan kami yang seperti menuju medan perang memang menjadi pemandangan yang sangat luar biasa di stasiun kecil seperti stasiun Ketanggungan Timur - Brebes ini. Tatapan orang-orang di stasiun memang menyimpan banyak arti. Sebagian mungkin memandang aneh atas kehadiran kami di situ namun sebagian mungkin bisa memahami semangat dan gejolak darah muda kami. Aku sendiri sebenarnya tidak terlalu asing dengan pemandangan ini karena memang inilah duniaku saat aku masih kuliah di Universitas Muhammadiyah Surakarta. Kalau ada waktu luang ( dan duit tentunya...hehehe!) aku sempatkan untuk mendaki gunung-gunung yang ada di sekitar kota Surakarta untuk melepas penat dan sekedar refreshing dari kesibukan dan tugas kuliah yang menumpuk bersama kawan-kawan dekatku.
Sebenarnya bebanku saat ini bukanlah tatapan dari orang-orang yang memandang aneh pada kami namun membawa 8 orang yang sama sekali belum pernah mendaki gunung Merapi dan Merbabu dalam satu kali sesi pendakian itulah yang membuatku risau akan kondisi fisik dan mental mereka nantinya. Apalagi beberapa anggota team ada yang belumpernah mendaki gunung sama sekali. Terbayang nanti kacaunya kegiatan ini kalau ada salah satu anggota team yang tiba-tiba drop kondisi fisiknya. Maka dari itu aku buat perencanaan yang matang sekali termasuk manajemen perjalanan yang akan memakan waktu 8 hari. Sengaja aku buat lama untuk memberi waktu istirahat pada seluruh anggota team. Dokumentasipun aku buat secara sempurna dengan menyewa 1 handycam dan 1 digital camera jadi selepas kegiatan ini seluruh anggota team akan mempunyai dokumen berupa gambar dan rekaman video dalam bentuk CD. Bukan itu saja, spanduk dan stiker aku buat atas bantuan teman-temanku. Bisa dikatakan pendakian ini adalah pendakian termewah dari sekian banyak pendakian yang sudah pernah aku lakukan sebelumnya!Wakakakaka...
Tujuan dari ekspedisi yang kami lakukan ini adalah untuk memperingati HUT SMA Negeri 1 Tanjung - Brebes yang ke 22 dan HUT organisasi pencinta alam ASTAPALA yang ke 2. Menurutku ini adalah peristiwa yang bersejarah karena di tahun yang sama 2 institusi yang aku miliki mempunyai hajat penting dan keduanya sama-sama mempunyai angka 2. menurutku, tidak ada salahnya untuk memperingatinya aku mengajak anak-anak didikku untuk melakukan pendakian ke 2 gunung sekaligus, yaitu gunung Merapi dan gunung Merbabu. Lagipula secara geografis keduanya tidak berjauhan dan bisa di tempuh melalui 1 jalur, yaitu jalur Selo - Boyolali.
Motivasi pribadiku kenapa aku sampai mempunyai gagasan melakukan ekspedisi ini adalah dari sakit hatiku terhadap pihak sekolah dan rekan-rekan guru yang justru menghambat kegiatan-kegiatan yang kami lakukan selama ini. Bukan hal yang mudah untuk menjadi pembina pencinta alam di sebuah sekolah SMA apalagi kegiatan semacam ini belum lazim dilaksanakan di daerah yang berada di pinggiran kota Brebes.Sebagai pembina organisasi Pencinta Alam ASTAPALA di SMA Negeri 1 Tanjung - Brebes, Jawa Tengah aku harus bisa bersikap bijaksana dan legowo terhadap kendala-kendala yang ada selama aku membina organisasi ini.
Aku masih ingat peristiwa-peristiwa di masa lalu ketika orgaisasi pencinta alam ini di bentuk pada tahun 2003.Tidaklah mudah menghidupkan 1 organisasi pencinta alam di sekolah SMA yang berada di lingkup kota kecamatan kecil itu. Ada beragam pandangan positif dan negatif dari kawan-kawan guru ketika bapak kepala sekolah menunjukku sebagai pembina organisasi ini saat itu. Mereka yang mempunyai pandangan positif tentunya tidak akan menjadi masalah buatku, tapi bagi yang mempunyai pandangan negatif tentunya akan membuat langkah dan kinerjaku sedikit terhambat. Begitu sulitnya aku menjelaskan mengapa alat-alat rock climbing mahal harganya dan bagaimana kesalnya diriku menghadapi pertanyaan-pertanyaan retorika dan konyol dari mereka seperti :
"Pak Guruh, kenapa sih talinya harus pakai tali karnmantel kalau untuk sekedar turun tebing?harganya kan mahal...!"
"Apa tendanya tidak bisa pakai tenda pramuka saja pak...selain harganya murah bisa muat banyak lho pak!"
"Nanti kalau naik gunung anak-anak dapat apa pak? Paling-paling cuma buat alasan membolos aja tuh..."
" Ya Allah...bagaimana ya menjelaskan semuanya sama mereka?Paringi kawula sabar ya Allah..."( Beri aku kesabaran ya Allah...)
Kalimat inilah yang paling sering terucap dalam doaku.But the show must goes on...pantang buatku untuk undur balik dan menyerah hanya karena masalah-masalah seperti itu. Aku kemudian ingat nasihat Bapakku, 1 ungkapan dalam bahasa jawa yaitu :
" Golek'o jeneng...mengko jenang'e katut!" yang artinya " Carilah nama...nanti rejekinya juga ikut!"
Ibuku juga sering memberiku semangat : " Wong lanang kudu merantasi!" yang artinya " Laki-laki itu harus bisa mengatasi semua masalah!".
"Ah, memang gak akan pernah ada habisnya kalo selalu ngurusi omongan orang...bikin capek aja!"
Begitu sering aku menenangkan diriku di saat aku merasa omongan dari orang-orang itu mulai mengusik pikiranku dan akhirnya aku bawa saja semua dalam lelapku...z..z..z..!
Pukul 18:15 WIB, datang juga KA Gaya Baru Malam yang kami tunggu datang juga setelah ngaret lebih dari 2,5 jam!(hehehe...paham-paham lah!). Langsung saja anak-anak menyerbu masuk dalam gerbong kereta api tapi ternyata...jangankan untuk mendapatkan kursi kosong, untuk berjalan di dalam gerbong saja kami harus berdesakan dan semakin repot lagi karena kami harus memanggul tas carrier yang rata-rata berkapasitas 75-90 liter! Akhirnya kami harus rela duduk di antara sambungan kereta dan nasib bagus untuk Eka dan Sri Asih, mereka bisa mendapat tempat duduk setelah sebelumnya harus berdiri dari Brebes ke Purwokerto. Sementara yang lain pelan tapi pasti sudah bisa mendapatkan kursi yang sudah ditinggalkan pemiliknya karena mereka sudah sampai ke tempat tujuannya. Yang namanya anak-anak muda memang selalu penasaran dengan sesuatu yang baru dan aku baru menyadari hal itu ketika semua seolah terkumpul pada 1 titik yaitu di tempat duduknya Aji. Aku lihat ternyata mereka sedang membaca tabloid porno milik penumpang sebelumnya. Pantas saja mereka senyum-senyum dari tadi, habis bagaimana tidak kalau posenya Sarah Azhari yang sedang memakai bikini terlihat jelas merangsang para pembacanya. Akhirnya aku beringsut kembali ke tempatku semula. Aku sendiri memilih untuk menolak kursi yang ditawarkan oleh Uki karena aku merasa lebih nyaman duduk di sambungan kereta sambil merokok...meskipun belakangan aku menyesal karena telah menolak tawaran dari Uki karena 15 menit kemudian ada anak kecil yang tiba-tiba saja mencret di belakangku dengan tanpa dosa.Huuh...sebel!
24 Januari 2006, 02:15 - Stasiun Balapan Solo - Surakarta
Huuuaaaaa......!!!akhirnya sampai juga kami di kota budaya, Solo. Lelah dan penat kami setelah kurang lebih 8 jam berdesakan dalam kereta api yang lambat itu. Mata kami langsung tertuju pada seorang nenek tua yang menjajakan makanan khas Solo, Nasi Liwet dan Nasi Tumpang. Tanpa ba bi bu kami langsung memesan makanan pada nenek itu dan makan dengan lahapnya. Sembari makan memoriku kembali ke beberapa tahun silam ketika aku masih berstatus mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Surakarta. Ternyata sistem Long Term Memori di bagian otakku masih bekerja cukup baik. Dalam hitungan beberapa menit yang singkat aku seolah melihat 1 slide yang berjalan dan menggambarkan peristiwa-peristiwa yang aku alami pada saat itu.Hmm...kenangan memang tidak akan kembali tapi ternyata waktu yang bertahun tidak cukup untuk membunuhnya. Setelah semua anggota team sudah selesai makan untuk mengembalikan stamina yang sempat kedodoran, kami segera mencari kendaraan umum untuk menuju rumah mbak Endang, pemilik kost yang dulu aku tempati selama 3 tahun. Bodohnya aku, karena mana ada kendaraan umum pada jam-jam seperti ini? Akhirnya kami memutuskan untuk menyewa 1 mobil carry dengan harga sewa Rp 70 ribu sekali jalan. Lumayan lah, dari pada naik taksi yang argonya pakai argo kuda!Hehehehe...
Tiba di tempat mbak Endang, kami langsung mengetuk pintu rumah beliau dan yang membuka ternyata Mas Joko, suami Mbak Endang yang usianya lebih muda 10 tahun. Setelah ngobrol basa-basi kami langsung tidur untuk melanjutkan mimpi yang sempat terpenggal di kereta api tadi. Pagi harinya kami kami langsung membagi tugas, Sri Asih dan Eka kebagian masak dan ikut membantu mbak Endang membersihkan rumah sementara Aku dan Andri akan belanja logistik. Awan yang memang anak Solo, dia pamit untuk pulang ke rumahnya sebentar sambil mengajak Lukman dan Aji, katanya mau sungkem dulu sama ibunya.Anak yang pintar!Hihihihi...
Sedangkan Ajat dan Uki membantu Sri Asih dan Eka meskipun pada kenyataannya mereka malah tidur lagi.Huuh...dasar pemalas!
Siang itu, setelah semuanya berkumpul aku langsung membagi logistik yang sudah aku beli sam Andri. Busyet...ternyata bawaan kami sangat banyak sehingga harus ada yang di tinggal di tempat mbak Endang. Ya seperti inilah romantika mendaki gunung dengan anak-anak yang masih baru mengenal dunia petualangan, masa perlengkapan kosmetik lengkap banget kayak mo buat mejeng di Mall? Belum lagi asesoris yang tidak penting juga harus di tinggal...sabar...sabar..!
"Go..go..go..!!!" Semangat sudah membara, wajah masih segar dan pundak masih belum tergigit oleh beratnya tas carrier yang rata-rata berbobot 20 - 30 Kg. Sementara yang namanya tas paha, tas pinggang juga ikut menempel di paha dan pinggang kami. Seakan tanpa menghiraukan panasnya kota Solo kami berdiri menunggu bis yang akan membawa kami ke terminal Kartasura. 30 menit lewat sudah dan bis mikronya belum lewat, akhirnya kami memutuskan untuk naik bis Safari jurusan Solo - Semarang. Sampai di terminal Kartasura ternyata bis mikro jurusan Kartasura - Selo sudah lumayan penuh. Cuma separuh dari kami yang kebagian tempat duduk sedangkan sisanya masih harus berdiri. Duduk bergantian, itulah pelajaran moral yang kami dapatkan dari perjalanan semalam dan siang menjelang sore pelajaran itu kami terpkan lagi. Ladies first dan kemudian disusul oleh Aji, Lukman dan Uki. Ajat, Andri, Awan dan aku dapat kloter berikutnya. Fiuuuh....40 menit berdiri ternyata membuat diriku gemetar karena kakiku mulai kesemutan. Ajat parah lagi, dia terkantuk-kantuk sambil berdiri. Kasihan melihat kondisi Ajat, Aji berdiri untuk memberi tempat duduknya sama Ajat yang langsung disambut dengan antusias oleh Ajat dan beberapa menit kemudian dia sudah terlelap dalam mimpinya yang mungkin saja dalam mimpinya itu dia sudah sampai di puncak Merapi dan Merbabu! Hahahaha..
Di luar sana hujan mulai turun dengan derasnya. Kabut putih yang dingin mulai turun sementara bis mikro yang kami tumpangi seolah berjalan tersendat-sendat entah kenapa. Kekhawatiranku mulai terbaca oleh Uki, partnerku dari organisasi pencinta alam PANAS TEGAL. Dia kemudian bercerita tentang pengalaman dirinya waktu mendaki gunung Gede di Jawa Barat. Ah...pintar sekali anak ini mengalihkan perhatianku yang sedang tertuju pada jalan yang berliku sementara jurang ada di kiri kanan jalan. Sementara tanpa sadar bibirku bergumam lirih...
"Ya Allah...moga-moga perjalanan ini selamat sampai tujuan!"
" Akhirnya..." itulah yang aku ucapkan ketika bis mikro yang kami tumpangi sampai di Selo, satu kota kecamatan di Boyolali. Namun hujan masih saja turun dengan derasnya seolah hendak menguji nyali kami yang sudah jauh-jauh datang dari Brebes. Hal pertama yang kami lakukan adalah berteduh di warung makan sambil menunggu hujan reda. Aku persilahkan anggota team untuk makan malam sekalian dari pada duduk bengong tanpa ada kegiatan. Kemudian aku coba berjalan mencari tempat yang cukup kering dan layak untuk mendirikan tenda sebagai tempat istirahat kami malam ini tapi seolah usahaku itu sia-sia. Lapangan yang aku tuju ternyata malah sudah banjir dan becek! "Duh Gusti...masak kami harus berbasah-basah malam ini?" Seakan Allah SWT mendengar keluh kesahku ini kemudian mataku tanpa sengaja melihat satu komplek bangunan yang cukup terang yang ternyata adalah kantor Koramil Selo. Entah kenapa naluriku mengatakan bahwa bapak-bapak petugas itu nantinya mau memberikan sedikit tempat untuk berteduh kami malam ini, minimal tempat parkirnya lah! Meskipun agak ragu aku beranikan diriku untuk bicara dengan mereka tentang maksudku tadi dan ternyata mereka justru memberikan aku 1 rumah dinas komandan Koramil yang kosong untuk ditempati kami selama ekspedisi ini...alhamdulillah, ternyata masih ada juga bapak-bapak aparat keamanan yang luar biasa baiknya terhadap kami. Langsung saja aku kembali ke warung makan di mana anggota teamku sedang makan malam. Aku sampaikan berita gembira ini dan langsung saja mereka bergegas mengemasi perlengkapan yang ada di luar warung makan untuk di bawa ke kantor Koramil tersebut. Sesampainya kami di sana kami saling berkenalan satu sama lain. Kedua anggota TNI itu bernama pak Slamet Yuwono dan pak Haryono. Mereka sangat ramah dan asyik sekali di ajak berbicara dengan kami. Kemudian kami di suguhi rebusan ubi dan kopi panas oleh bapak-bapak ini. Benar-benar suasana yang sangat sulit dilupakan oleh kami malam itu. Malam bertambah larut da udara semakin menggigit, waktunya untuk kami istirahat supaya perjalanan kami esok hari bisa berjalan lancar. Setelah berpamitan kepada bapak-bapak TNI itu, kami semua masuk dalam rumah yang sudah disiapkan mereka. Ternyata kami bukan langsung tidur, tapi malah asyik ngobrol sampai pukul 1 dini hari! Dasar...hehehehehe!
Obrolan kami terpaksa diakhiri setelah kopi yang tadinya masih penuh dan panas ternyata jadi makin habis dan makin habis karena di minum oleh kami. Waktunya tidur kawan...
Selamat bermimpi malam ini....God Bless Us!
Sebenarnya bebanku saat ini bukanlah tatapan dari orang-orang yang memandang aneh pada kami namun membawa 8 orang yang sama sekali belum pernah mendaki gunung Merapi dan Merbabu dalam satu kali sesi pendakian itulah yang membuatku risau akan kondisi fisik dan mental mereka nantinya. Apalagi beberapa anggota team ada yang belumpernah mendaki gunung sama sekali. Terbayang nanti kacaunya kegiatan ini kalau ada salah satu anggota team yang tiba-tiba drop kondisi fisiknya. Maka dari itu aku buat perencanaan yang matang sekali termasuk manajemen perjalanan yang akan memakan waktu 8 hari. Sengaja aku buat lama untuk memberi waktu istirahat pada seluruh anggota team. Dokumentasipun aku buat secara sempurna dengan menyewa 1 handycam dan 1 digital camera jadi selepas kegiatan ini seluruh anggota team akan mempunyai dokumen berupa gambar dan rekaman video dalam bentuk CD. Bukan itu saja, spanduk dan stiker aku buat atas bantuan teman-temanku. Bisa dikatakan pendakian ini adalah pendakian termewah dari sekian banyak pendakian yang sudah pernah aku lakukan sebelumnya!Wakakakaka...
Tujuan dari ekspedisi yang kami lakukan ini adalah untuk memperingati HUT SMA Negeri 1 Tanjung - Brebes yang ke 22 dan HUT organisasi pencinta alam ASTAPALA yang ke 2. Menurutku ini adalah peristiwa yang bersejarah karena di tahun yang sama 2 institusi yang aku miliki mempunyai hajat penting dan keduanya sama-sama mempunyai angka 2. menurutku, tidak ada salahnya untuk memperingatinya aku mengajak anak-anak didikku untuk melakukan pendakian ke 2 gunung sekaligus, yaitu gunung Merapi dan gunung Merbabu. Lagipula secara geografis keduanya tidak berjauhan dan bisa di tempuh melalui 1 jalur, yaitu jalur Selo - Boyolali.
Motivasi pribadiku kenapa aku sampai mempunyai gagasan melakukan ekspedisi ini adalah dari sakit hatiku terhadap pihak sekolah dan rekan-rekan guru yang justru menghambat kegiatan-kegiatan yang kami lakukan selama ini. Bukan hal yang mudah untuk menjadi pembina pencinta alam di sebuah sekolah SMA apalagi kegiatan semacam ini belum lazim dilaksanakan di daerah yang berada di pinggiran kota Brebes.Sebagai pembina organisasi Pencinta Alam ASTAPALA di SMA Negeri 1 Tanjung - Brebes, Jawa Tengah aku harus bisa bersikap bijaksana dan legowo terhadap kendala-kendala yang ada selama aku membina organisasi ini.
Aku masih ingat peristiwa-peristiwa di masa lalu ketika orgaisasi pencinta alam ini di bentuk pada tahun 2003.Tidaklah mudah menghidupkan 1 organisasi pencinta alam di sekolah SMA yang berada di lingkup kota kecamatan kecil itu. Ada beragam pandangan positif dan negatif dari kawan-kawan guru ketika bapak kepala sekolah menunjukku sebagai pembina organisasi ini saat itu. Mereka yang mempunyai pandangan positif tentunya tidak akan menjadi masalah buatku, tapi bagi yang mempunyai pandangan negatif tentunya akan membuat langkah dan kinerjaku sedikit terhambat. Begitu sulitnya aku menjelaskan mengapa alat-alat rock climbing mahal harganya dan bagaimana kesalnya diriku menghadapi pertanyaan-pertanyaan retorika dan konyol dari mereka seperti :
"Pak Guruh, kenapa sih talinya harus pakai tali karnmantel kalau untuk sekedar turun tebing?harganya kan mahal...!"
"Apa tendanya tidak bisa pakai tenda pramuka saja pak...selain harganya murah bisa muat banyak lho pak!"
"Nanti kalau naik gunung anak-anak dapat apa pak? Paling-paling cuma buat alasan membolos aja tuh..."
" Ya Allah...bagaimana ya menjelaskan semuanya sama mereka?Paringi kawula sabar ya Allah..."( Beri aku kesabaran ya Allah...)
Kalimat inilah yang paling sering terucap dalam doaku.But the show must goes on...pantang buatku untuk undur balik dan menyerah hanya karena masalah-masalah seperti itu. Aku kemudian ingat nasihat Bapakku, 1 ungkapan dalam bahasa jawa yaitu :
" Golek'o jeneng...mengko jenang'e katut!" yang artinya " Carilah nama...nanti rejekinya juga ikut!"
Ibuku juga sering memberiku semangat : " Wong lanang kudu merantasi!" yang artinya " Laki-laki itu harus bisa mengatasi semua masalah!".
"Ah, memang gak akan pernah ada habisnya kalo selalu ngurusi omongan orang...bikin capek aja!"
Begitu sering aku menenangkan diriku di saat aku merasa omongan dari orang-orang itu mulai mengusik pikiranku dan akhirnya aku bawa saja semua dalam lelapku...z..z..z..!
Pukul 18:15 WIB, datang juga KA Gaya Baru Malam yang kami tunggu datang juga setelah ngaret lebih dari 2,5 jam!(hehehe...paham-paham lah!). Langsung saja anak-anak menyerbu masuk dalam gerbong kereta api tapi ternyata...jangankan untuk mendapatkan kursi kosong, untuk berjalan di dalam gerbong saja kami harus berdesakan dan semakin repot lagi karena kami harus memanggul tas carrier yang rata-rata berkapasitas 75-90 liter! Akhirnya kami harus rela duduk di antara sambungan kereta dan nasib bagus untuk Eka dan Sri Asih, mereka bisa mendapat tempat duduk setelah sebelumnya harus berdiri dari Brebes ke Purwokerto. Sementara yang lain pelan tapi pasti sudah bisa mendapatkan kursi yang sudah ditinggalkan pemiliknya karena mereka sudah sampai ke tempat tujuannya. Yang namanya anak-anak muda memang selalu penasaran dengan sesuatu yang baru dan aku baru menyadari hal itu ketika semua seolah terkumpul pada 1 titik yaitu di tempat duduknya Aji. Aku lihat ternyata mereka sedang membaca tabloid porno milik penumpang sebelumnya. Pantas saja mereka senyum-senyum dari tadi, habis bagaimana tidak kalau posenya Sarah Azhari yang sedang memakai bikini terlihat jelas merangsang para pembacanya. Akhirnya aku beringsut kembali ke tempatku semula. Aku sendiri memilih untuk menolak kursi yang ditawarkan oleh Uki karena aku merasa lebih nyaman duduk di sambungan kereta sambil merokok...meskipun belakangan aku menyesal karena telah menolak tawaran dari Uki karena 15 menit kemudian ada anak kecil yang tiba-tiba saja mencret di belakangku dengan tanpa dosa.Huuh...sebel!
24 Januari 2006, 02:15 - Stasiun Balapan Solo - Surakarta
Huuuaaaaa......!!!akhirnya sampai juga kami di kota budaya, Solo. Lelah dan penat kami setelah kurang lebih 8 jam berdesakan dalam kereta api yang lambat itu. Mata kami langsung tertuju pada seorang nenek tua yang menjajakan makanan khas Solo, Nasi Liwet dan Nasi Tumpang. Tanpa ba bi bu kami langsung memesan makanan pada nenek itu dan makan dengan lahapnya. Sembari makan memoriku kembali ke beberapa tahun silam ketika aku masih berstatus mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Surakarta. Ternyata sistem Long Term Memori di bagian otakku masih bekerja cukup baik. Dalam hitungan beberapa menit yang singkat aku seolah melihat 1 slide yang berjalan dan menggambarkan peristiwa-peristiwa yang aku alami pada saat itu.Hmm...kenangan memang tidak akan kembali tapi ternyata waktu yang bertahun tidak cukup untuk membunuhnya. Setelah semua anggota team sudah selesai makan untuk mengembalikan stamina yang sempat kedodoran, kami segera mencari kendaraan umum untuk menuju rumah mbak Endang, pemilik kost yang dulu aku tempati selama 3 tahun. Bodohnya aku, karena mana ada kendaraan umum pada jam-jam seperti ini? Akhirnya kami memutuskan untuk menyewa 1 mobil carry dengan harga sewa Rp 70 ribu sekali jalan. Lumayan lah, dari pada naik taksi yang argonya pakai argo kuda!Hehehehe...
Tiba di tempat mbak Endang, kami langsung mengetuk pintu rumah beliau dan yang membuka ternyata Mas Joko, suami Mbak Endang yang usianya lebih muda 10 tahun. Setelah ngobrol basa-basi kami langsung tidur untuk melanjutkan mimpi yang sempat terpenggal di kereta api tadi. Pagi harinya kami kami langsung membagi tugas, Sri Asih dan Eka kebagian masak dan ikut membantu mbak Endang membersihkan rumah sementara Aku dan Andri akan belanja logistik. Awan yang memang anak Solo, dia pamit untuk pulang ke rumahnya sebentar sambil mengajak Lukman dan Aji, katanya mau sungkem dulu sama ibunya.Anak yang pintar!Hihihihi...
Sedangkan Ajat dan Uki membantu Sri Asih dan Eka meskipun pada kenyataannya mereka malah tidur lagi.Huuh...dasar pemalas!
Siang itu, setelah semuanya berkumpul aku langsung membagi logistik yang sudah aku beli sam Andri. Busyet...ternyata bawaan kami sangat banyak sehingga harus ada yang di tinggal di tempat mbak Endang. Ya seperti inilah romantika mendaki gunung dengan anak-anak yang masih baru mengenal dunia petualangan, masa perlengkapan kosmetik lengkap banget kayak mo buat mejeng di Mall? Belum lagi asesoris yang tidak penting juga harus di tinggal...sabar...sabar..!
"Go..go..go..!!!" Semangat sudah membara, wajah masih segar dan pundak masih belum tergigit oleh beratnya tas carrier yang rata-rata berbobot 20 - 30 Kg. Sementara yang namanya tas paha, tas pinggang juga ikut menempel di paha dan pinggang kami. Seakan tanpa menghiraukan panasnya kota Solo kami berdiri menunggu bis yang akan membawa kami ke terminal Kartasura. 30 menit lewat sudah dan bis mikronya belum lewat, akhirnya kami memutuskan untuk naik bis Safari jurusan Solo - Semarang. Sampai di terminal Kartasura ternyata bis mikro jurusan Kartasura - Selo sudah lumayan penuh. Cuma separuh dari kami yang kebagian tempat duduk sedangkan sisanya masih harus berdiri. Duduk bergantian, itulah pelajaran moral yang kami dapatkan dari perjalanan semalam dan siang menjelang sore pelajaran itu kami terpkan lagi. Ladies first dan kemudian disusul oleh Aji, Lukman dan Uki. Ajat, Andri, Awan dan aku dapat kloter berikutnya. Fiuuuh....40 menit berdiri ternyata membuat diriku gemetar karena kakiku mulai kesemutan. Ajat parah lagi, dia terkantuk-kantuk sambil berdiri. Kasihan melihat kondisi Ajat, Aji berdiri untuk memberi tempat duduknya sama Ajat yang langsung disambut dengan antusias oleh Ajat dan beberapa menit kemudian dia sudah terlelap dalam mimpinya yang mungkin saja dalam mimpinya itu dia sudah sampai di puncak Merapi dan Merbabu! Hahahaha..
Di luar sana hujan mulai turun dengan derasnya. Kabut putih yang dingin mulai turun sementara bis mikro yang kami tumpangi seolah berjalan tersendat-sendat entah kenapa. Kekhawatiranku mulai terbaca oleh Uki, partnerku dari organisasi pencinta alam PANAS TEGAL. Dia kemudian bercerita tentang pengalaman dirinya waktu mendaki gunung Gede di Jawa Barat. Ah...pintar sekali anak ini mengalihkan perhatianku yang sedang tertuju pada jalan yang berliku sementara jurang ada di kiri kanan jalan. Sementara tanpa sadar bibirku bergumam lirih...
"Ya Allah...moga-moga perjalanan ini selamat sampai tujuan!"
" Akhirnya..." itulah yang aku ucapkan ketika bis mikro yang kami tumpangi sampai di Selo, satu kota kecamatan di Boyolali. Namun hujan masih saja turun dengan derasnya seolah hendak menguji nyali kami yang sudah jauh-jauh datang dari Brebes. Hal pertama yang kami lakukan adalah berteduh di warung makan sambil menunggu hujan reda. Aku persilahkan anggota team untuk makan malam sekalian dari pada duduk bengong tanpa ada kegiatan. Kemudian aku coba berjalan mencari tempat yang cukup kering dan layak untuk mendirikan tenda sebagai tempat istirahat kami malam ini tapi seolah usahaku itu sia-sia. Lapangan yang aku tuju ternyata malah sudah banjir dan becek! "Duh Gusti...masak kami harus berbasah-basah malam ini?" Seakan Allah SWT mendengar keluh kesahku ini kemudian mataku tanpa sengaja melihat satu komplek bangunan yang cukup terang yang ternyata adalah kantor Koramil Selo. Entah kenapa naluriku mengatakan bahwa bapak-bapak petugas itu nantinya mau memberikan sedikit tempat untuk berteduh kami malam ini, minimal tempat parkirnya lah! Meskipun agak ragu aku beranikan diriku untuk bicara dengan mereka tentang maksudku tadi dan ternyata mereka justru memberikan aku 1 rumah dinas komandan Koramil yang kosong untuk ditempati kami selama ekspedisi ini...alhamdulillah, ternyata masih ada juga bapak-bapak aparat keamanan yang luar biasa baiknya terhadap kami. Langsung saja aku kembali ke warung makan di mana anggota teamku sedang makan malam. Aku sampaikan berita gembira ini dan langsung saja mereka bergegas mengemasi perlengkapan yang ada di luar warung makan untuk di bawa ke kantor Koramil tersebut. Sesampainya kami di sana kami saling berkenalan satu sama lain. Kedua anggota TNI itu bernama pak Slamet Yuwono dan pak Haryono. Mereka sangat ramah dan asyik sekali di ajak berbicara dengan kami. Kemudian kami di suguhi rebusan ubi dan kopi panas oleh bapak-bapak ini. Benar-benar suasana yang sangat sulit dilupakan oleh kami malam itu. Malam bertambah larut da udara semakin menggigit, waktunya untuk kami istirahat supaya perjalanan kami esok hari bisa berjalan lancar. Setelah berpamitan kepada bapak-bapak TNI itu, kami semua masuk dalam rumah yang sudah disiapkan mereka. Ternyata kami bukan langsung tidur, tapi malah asyik ngobrol sampai pukul 1 dini hari! Dasar...hehehehehe!
Obrolan kami terpaksa diakhiri setelah kopi yang tadinya masih penuh dan panas ternyata jadi makin habis dan makin habis karena di minum oleh kami. Waktunya tidur kawan...
Selamat bermimpi malam ini....God Bless Us!
Komentar
I think it means that your english teacher is the best because you have learned english well. Good job buddy..
Keep on your spirit on english because you will get a lot of things out there..and if you don't mind let me know your work in detail because I just accept your comment. Just show me your Multiply ID or anything else,don't you?