Perencanaan, Masalah dan Solusinya...
Salah satu ekspedisi yang dilakukan oleh organisasi pencinta alam ASTAPALA yaitu melakukan pendakian ke gunung Merapi dan Merbabu dalam rangka memperingati HUT SMA Negeri 1 Tanjung - Brebes yang ke 22 dan HUT ASTAPALA yang ke 2. Kegiatan ini sengaja kami lakukan sebagai bukti kemandirian kami di saat orang-orang di lingkungan SMA Negeri 1 Tanjung - Brebes memandang sinis dengan apa yang kami lakukan. suatu organisasi pencinta alam memang masih di anggap sesuatu yang asing dan aneh. Mungkin paradigma mereka yang salah membuat mereka beropini yang keliru tentang organisasi.Memang tidak mudah memperlihatkan sesuatu yang baik terhadap orang-orang yang sudah terlanjur berpikiran negatif terhadap kami dan mereka tidak bisa diyakinkan hanya melalui kata-kata saja namun dengan bukti. kegiatan inilah yang aku harapkan bisa membuka mata hati mereka nantinya.
Sebetulnya organisasi pencinta alam ini sedang di ambang kehancuran karena adanya tekanan dari pihak sekolah yang tidak setuju dengan adanya organisasi ini di lingkungan mereka. Keadaan ini kemudian bertambah parah dengan mundurnya beberapa anggotanya karena mereka tidak terima dengan keputusanku yang mengeluarkan 2 orang anggota organisasi pencinta ASTAPALA karena melakukan tindakan indisipliner. Kehilangan hampir separuh dari jumlah anggota organisasi ini memang membuatku sempat goyah dan shock, namun aturan harus aku tegakkan tanpa pandang bulu. Alhamdulillah, ternyata masih ada anggota-anggota yang loyalitasnya masih tinggi dan menginginkan organisasi ini tetap eksis.
Berbekal dukungan mereka, aku kemudian menggagas sebuah ide gila yaitu melakukan 1 ekspedisi pendakian ke 2 gunung sekaligus yaitu gunung Merapi dan Merbabu. aku bisa mengatakan ide ini gila karena ide ini aku tawarkan kepada mereka yang rata-rata belum pernah mendaki 2 gunung sekaligus dalam 1 sesi pendakian. Melihat jarak tempuh yang jauh dari tempat kami, sempitnya waktu persiapan, minimnya jumlah anggota yang bersedia ikut termasuk rencanaku yang ingin mendokumentasikan kegiatan ini dalam bentuk gambar dan audio visual, tentunya kegiatan ini akan memakan biaya yang tidak sedikit bagi ukuran kantong mereka.ini yang nota bene masih siswa-siswi SMA. Namun motivasiku begitu kuat untuk mewujudkan kegiatan ini menjadi kenyataan apalagi pada saat itu sekolah kami sedang merayakan HUT yang ke 22 dan kebetulan organisasi kami juga akan merayakn HUT yang ke 2, maka klop sudah pendakian ini ke 2 gunung sekaligus. Angka 2 seolah menjadi kekuatan magis bagi kami.
Setelah melakukan pendataan, ternyata hanya ada 4 siswa dan 1 siswi saja yang menyatakan kesanggupannya mengikuti kegiatan ini, padahal targetku adalah 10 orang siswa dan siswi plus aku jadi 11 orang. Otakku seolah buntu menghadapi semua ini apalagi sekolah menolak proposal yang aku ajukan untuk sekedar meminta batuan dana tambahan. Jangankan dana, ijin saja tidak diberikan. Ya Allah, ada apa ini? kenapa hanya ijin saja tidak bisa turun padahal anak-anak didikku sudah mendapat ijin dari orang tuanya lengkap dengan surat keterangan dokter. Nyaris saja aku membatalkan kegiatan ini, namun ketika kulihat wajah-wajah memelas mereka yang penuh harap aku merasa tidak tega. Kemudian aku ingat nasehat Ibuku yang pernah mengatakan " Wong lanang kuwi merantasi!" yang artinya kalau dijabarkan adalah seorang laki-laki harus bisa mengatasi semua masalah yang ada.
Kemudian aku mengajak mereka bermusyawarah untuk mencari jalan keluar dan akhirnya mereka bisa menerima usulku untuk mengajak orang di luar anggota organisasi kami ini untuk memenuhi target kuota yang ada. Aku menghubungi beberapa temanku dan akhirnya bergabung 2 orang lagi yaitu Uki dan Eka. Masih kurang 3 orang lagi ternyata..
Beberapa hari kemudian aku mendapat kabar bahwa ada 2 orang alumni siswa SMA Negeri 1 Tanjung - Brebes yang bersedia akan ikut yaitu Rahmat dan Triono PU. Aku bisa tersenyum lega saat itu karena jumlah kekurangan anggota semakin mengecil. 1 hari kemudian, aku mendapat 1 tambahan anggota team lagi yaitu Andri yang juga alumni dari sekolah kami itu namun dia sudah lulus agak lama. Kebetulan dia biasa mengoperasikan handycam dan kamera digital. Klop sudah! Masalah baru muncul ketika tiba-tiba Rahmat mengundurkan diri karena mendapat panggilan kerja di Papua dan Triono pun memberi kabar kalau dia sudah masuk musiam ujian di kampusnya pada minggu di mana kegiatan akan dilaksanakan. Aduh, mencari pengganti mereka bukan hal yang mudah bagiku karena kegiatan ini kan ilegal, jadi aku harus bisa menjaga jangan sampai bocor ke pihak sekolah. Tinggal 2 orang lagi yang mau ikut tapi siapa ya? aku hanya bisa menunggu dan bertanya dalam hati tanpa tahu apa jawabannya..
Dead line pun tiba dan jumlah tetap pada angka yang sama yaitu 9 orang termasuk aku. Akhirnya kami melakukan rapat final yang hasilnya adalah kami semua akan sama-sama menanggung kekurangan dana yang ada atau dengan kata lain biya iuran ditambah lagi untuk setiap anggota team. Setelah semua menyepakati hasil rapat itu maka minggu itu menjadi minggu yang sibuk. Rumah kontrakanku dijadikan Base Camp anak-anak sekaligus sebagai tempat penyimpanan peralatan yang akan dibawa dalam ekspedisi ini.Ribet tapi sangat menyenangkan melihat bolak-balik datang dan pergi untuk mengumpulkan barang-barang yang aku syaratkan seperti sleeping bag, tas carrier, ponco dan lain-lain.
Hari H pun tiba, satu per satu mereka mulai berdatangan ke rumah kontrakanku itu dan mulai packing. Sengaja aku buat begitu supaya aku bisa mengecek kekurangan apa yang harus mereka lengkapi karena mereka masih hijau dalam hal ini. Uki dan Eka, mereka mengatakan akan datang siang hari karena rumah mereka ada di Tegal dan Eka masih ada keperluan dengan keluarganya pagi itu. Aku pikir tidak menjadi masalah karen kereta api yang akan naiki nanti berangkat sore hari sesuai jadwal yang aku baca di stasiun 2 hari yang lalu.
Selepas waktu sholat dhuhur, Uki dan Eka akhirnya datang juga. Lega akhirnya setelah melihat semua anggota team sudah berkumpul di rumahku itu. Waktunya makan siang, kami makan lahap sekali hidangan sayur lodeh, tempe goreng , lalapan daun ubi rebus dan sambal terasi." Mumpung gratis! " begitu kata Awan yang disambut derai tawa kami.
Suasananya sangat akrab sekali dan seolah kami melupakan masalah-masalah yang sudah menghadang di awal kami merencanakan kegiatan ini. acara makan siang pun selesai dan kami mulai bersiap-siap dengan barang-barang bawaan kami. Selain masing-masing dari kami membawa tas carrier berukuran antara 70-90 liter, beberapa di antara kami juga membawa day pack,tas pinggang dan tas paha untuk menyimpan benda-benda kecil lainnya supaya mudah di jangkau oleh kami. Pukul 15:15, mobil pick up milik tetanggaku yang sengaja aku sewa datang juga untuk membawa kami ke stasiun kereta api Ketanggungan Timur tempat di mana kereta api Gaya Baru Malam akan berhenti untuk menurukan dan mengambil penumpangnya termasuk kami. Kami tiba di stasiun itu pukul 15:40 dan kereta api yang akan kami naiki belum datang. Menurut jadwal yang ada kereta api itu akan datang pukul 16:00, jadi kami masih punya waktu sekitar 20 menit lah...lumayan untuk sekedar santai dan merokok!hehehehe...
Komentar