Melintasi tapal batas Indonesia - Malaysia menuju Sungai Nyamuk
"Pak,jadi ikut lebaran ke Sungai Nyamuk tidak?", itulah bunyi sms dari Arif (Nama kawanku yang mengajar di distrik Tawau) yang aku terima setelah aku makan sahur di H -6 menjelang lebaran tiba. "Waduuh..aku kok bisa lupa seperti ini ya?" gumamku dalam hati. Sebenarnya niat untuk berlebaran di Sungai Nyamuk yang wilayahnya ada di Sebatik - Kaltim sudah lama ada cuma kendalanya adalah jalur masuk ke sana adalah "jalur tikus" alias ilegal karena tidak melewati pihak imigrasi Malaysia daan Indonesia. Itulah yang membuat aku sempat ragu-ragu untuk mengambil keputusan iya atau tidak untuk ikut rombongan kawanku itu ke sana di tambah saat itu adalah akhir bulan, tentunya "amunisi" sudah mulai berkurang kan? Setelah aku berpikir beberapa saat kemudian aku memutuskan untuk ikut rombongan mereka yang rencananya akan berangkat 3 hari lagi. Untuk "amunisi", mau tidak mau aku bobol juga uang tabunganku yang selama ini aku simpan di kaleng roti bekas..hehehe!
Hari Jumat, 26 September 2008, selepas sholat jumat aku mulai berkemas-kemas mempersiapkan barang-barang yang akan aku bawa ke Sungai Nyamuk. Ada jaket polar, kaos kaki, sarung tangan dan tak lupa 1 kaleng spray anti nyamuk merk xxx. Dalam anganku, terbayang di sana adalah hutan belantara yang penuh dengan nyamuk..hiii! Sebenarnya aku ini mau lebaran apa mau kemping sih?Jadi bingung sendiri..
Setelah semuanya beres aku mulai berjalan meninggalkan rumah sekitar pukul 3 sore untuk menuju ke kota Lahad Datu. Rencananya aku akan transit dulu di kota itu 1 malam sebelum aku melanjutkan perjalanan ke kota Tawau keesokan harinya. cukup lama juga aku menunggu bas mini (angkot) yang akan membawaku ke sana dan setelah 45 menit aku menunggu akhirnya datang juga bas mini yang aku tunggu-tunggu itu..
Tiba di kota Lahad Datu waktu sudah menjelang berbuka puasa..langsung saja aku menuju ke tempat penjaja makanan dan minuman yang berjejer sepanjang jalan di pasar malam itu.
1 plastik es tebu dan1 plastik es campur, aku kira cukuplah untuk "menghajar" rasa hausku ini. Untuk makanan kecil, hmm..di dalam tas ada 1 kotak plastik yang berisi isi dari 2 buah durian yang aku pecah selepas subuh tadi! Yummi...
Malam itu aku mengisi waktu dengan kumpul bersama beberapa teman yang rencananya akan merayakan lebaran di beberapa tempat yang berbeda. Ada Arnik, Yusuf, Arief, Wiku dan Anjar yang berencana pergi ke Tawau dan Taufik yang akan berlebaran di kota Tawau. Malam yang menyenangkan karena aku bisa bertemu dengan kawan-kawan seperjuangan di 1 tempat yang sama..
Hari Sabtu, 27 September 2008, Udara cukup panas di kota Lahad Datu dan situasi di stasiun antar kota terlihat lengang. Sakit radang tenggorakanku yang baru 3 hari sembuh sepertinya mulai kambuh lagi. "Apa karena makanan dan minuman yang aku konsumsi kemarin ya?" begitu pikirku. Apalagi semalam aku tidak tidur sama sekali..huh! Dengan memikirkan nanti siang aku akan menempuh perjalanan ke kota Tawau selama 3 jam ditambah dengan tenggorokanku yang gatal-gatal dan mulai batuk-batuk kecil, hari itu aku nekat batalin puasa persis jam 12 siang..hihihi! Musafir kan?
Mungkin Allah SWT tidak berkenan dengan keputusanku itu sehingga selama perjalanan "penderitaan"ku ditambah dengan perut yang mulas-mulas! Huuuaaaa...benar-benar penderitaan yang luar biasa karena aku harus menahan hajat besarku selama 1 jam menjelang kota Tawau. Cara tradisional ala Jawa pun sempat aku praktekkan saat itu yaitu dengan menggenggam batu kerikil di tangan kiri kanan dan entah itu sugesti atau apa karena aku sendiri tidak tahu namun nyatanya aku bisa "survive" sampai di kota Tawau! Hahaha..
Dari terminal bas Tawau, aku pun mulai berjalan menyusuri kota Tawau menuju penginapan di mana kawan-kawanku yang lain sudah tiba lebih dulu siangnya melewati pinggir pantai. Lumayan segar tubuhku di hembus angin laut di malam hari. Tiba di penginapan sudah pukul 9 malam dan setelah mengobrol ke sana ke mari maka kami semua menuju ke Cafe Sedap Corner untuk main internet sambil menunggu waktu sahur tiba. Teringat "penderitaan"ku di waktu siangnya maka aku berniat untuk tetap berpuasa meskipun tenggorakanku masih gatal..uuh! Kami pun ada di tempat itu sampai waktu sahur tiba dan mata mulai mengantuk..
Hari Minggu, 28 September 2008, Terkaget-kaget kami terbangun karena mendengar Hadi, salah seorang kawanku mengatakan bahwa Mas Rahman dan anak istrinya akan tiba di kota Tawau 1 jam lagi. Keluarga merekalah yang rencananya akan kami singgahi untuk berlebaran dan liburan di Sungai Nyamuk untuk beberapa hari ke depan. langsung saja kami berebutan ke kamar mandi dan mulai mengemasi barang-barang yang masih berceceran di dalam kamar penginapan kami itu.Dasar..!!!
Pukul 10 pagi kami sudah check out dari penginapan dan berjalan ke titik pertemuan dengan mereka. Lumayan jauh juga sih jaraknya..kira-kira 2 Km lah! Sesampainya di sana ternyata mas Rahman dan istrinya malah sedang asyik berbelanja kebutuhan lebaran..huh! Terpaksa kami menunggu mereka sambil terkantuk-kantuk karena kurang tidur malamnya apalagi perahu yang akan kami naiki belum juga siap berangkat dengan alasan menunggu air laut pasang dan itu akan terjadi sekitar 2 jam lagi..lengkap sudah rasa kebosanan kami saat itu.
Sambil menunggu waktunya tiba, aku sempatkan untuk berjalan-jalan di sekitar pelabuhan sandar bagi perahu-perahu dengan route Tawau-Sungai Nyamuk PP. Namanya juga pelabuhan sandar, semuanya dalam kondisi non permanen. Barang-barang bawaan penumpang masih berhamburan di sekitar dermaga dan yang membuatku mual adalah adanya tumpukan bangkai ayam yang dibiarkan saja sehingga baunya benar-benar menusuk hidung kami..hooeeek!
Pukul 14.00, setelah semua penumpang masuk ke dalam perahu akhirnya perahu yang kami naiki mulai meninggalkan pelabuhan itu. Ada sekitar 20 penumpang lengkap dengan barang-barang bawaanya. Malah ternyata di antara mereka ada yang baru membeli Ice Box di Tawau.
Mak Cik Haji, si pemilik perahu tersebut mengatakan bahwa nanti kita akan melewati 5 check point ( 2 pos jaga milik Tentera Laut Diraja Malaysia, 2 pos jaga milik Polis Diraja Malaysia dan 1 pos jaga milik TNI AL ).
Check point demi check point dalam wilayah laut Malaysia kami lewati dengan hati yang berdebar-debar. Takut kalau nantinya mereka akan menangkap karena menurut mas Rahman hal itu bisa saja terjadi karena yang namanya razia itu bisa dilaksanakan kapan saja. Adanya check point itu cuma sekedar mencatat kapal barang atau perahu nelayan yang keluar masuk ke dalam 2 negara itu dan bukan untuk kapal atau perahu penumpang seperti yang kami naiki saat itu.
Ada hal yang menarik di sini yang bisa aku lihat yaitu yang namanya safety procedure itu sangat di pegang dan di taati oleh para pemilik kapal dan perahu di sini. Hampir semua penumpang menggunakan jaket pelampung untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak di inginkan. Kenyataan ini sangat bagus tapi jujur saja malah membuat kami yang baru pertama kali melakukan perjalanan melalui jalur ini malah ketakutan karena bisa saja perahu yang kami naiki akan mengalami peristiwa itu..fiiuuuh!
Beberapa menit kemudian kami sudah meninggalkan check point ke 4. Gelombang laut lumayan tenang dan langit sedikit mendung. Di tengah perjalan kami melihat ada 1 speed boat milik Polis Diraja Malaysia yang melaju cukup kencang dan ternyata boat itu sedang mengejar boat yang ada di depannya. Rupanya boat yang ada di depan itu tadi menghindari check point yang kami singgahi sebelumnya. Entah kenapa boat itu tidak mau melapor di check point tapi yang jelas kalau sampai tertangkap ya siap-siap saja karena penjara sudah menunggu awak boat itu.
Perjalanan laut dengan mengguanakan perahu ternyata cukup menyenangkan juga! Rasa takut yang tadi sempat menghantui lambat laun berubah menjadi kegembiraan karena di sepanjang jalan kami banyak bercanda. mendung yang menggelayut sudah berubah menjadi titik-titik gerimis kecil tapi kami menduga hal ini itu tidak akan berlangsung lama karena matahari masih menyinarkan cahayanya. Sesekali gelombang laut agak meninggi tapi tenang kembali. Awak perahu yang duduk di atas perahu bagian depan terkadang mengingatkan nahkoda perahu untuk mengurangi laju perahu karena di depan ada beberapa batang kayu besar yang terhanyut arus menuju ke tengah lautan. Apakah itu sisa-sisa illegal logging ya?
Kira-kira ada 45 menit perjalanan kami di laut itu ketika akhirnya kami melihat bendera merah putih di sebuah tonggak di sekitar hutan bakau. Ah..ternyata itulah tapal batas negara Indonesia dengan negara Malaysia! Aduh..senang rasanya memasuki wilayah negara sendiri. Seolah-olah kami sudah seperti benar-benar balik kampung halaman sendiri! Hehehehe..
Perahu memperlambat lajunya ketika sudah mendekati pos penjagaan TNI AL di wilayah Sebatik. Jujur saja, kalau mau membandingkan kondisi pos penjagaan, baik dari bangunan maupun dari perlengkapan, persenjataan dan kapal yang ada di pos penjagaan tersebut memang sangat jauh dengan apa yang sudah kami lihat di pos penjagaan milik polisi dan angkatan laut Malaysia.Aku membayangkan seandainya mereka menyerbu ke wilayah ini pasti para anggota TNI dan Polisi RI di wilayah ini akan sempat kocar-kacir tapi semoga saja tidak akan terjadi peristiwa itu.
Bersambung..
Hari Jumat, 26 September 2008, selepas sholat jumat aku mulai berkemas-kemas mempersiapkan barang-barang yang akan aku bawa ke Sungai Nyamuk. Ada jaket polar, kaos kaki, sarung tangan dan tak lupa 1 kaleng spray anti nyamuk merk xxx. Dalam anganku, terbayang di sana adalah hutan belantara yang penuh dengan nyamuk..hiii! Sebenarnya aku ini mau lebaran apa mau kemping sih?Jadi bingung sendiri..
Setelah semuanya beres aku mulai berjalan meninggalkan rumah sekitar pukul 3 sore untuk menuju ke kota Lahad Datu. Rencananya aku akan transit dulu di kota itu 1 malam sebelum aku melanjutkan perjalanan ke kota Tawau keesokan harinya. cukup lama juga aku menunggu bas mini (angkot) yang akan membawaku ke sana dan setelah 45 menit aku menunggu akhirnya datang juga bas mini yang aku tunggu-tunggu itu..
Tiba di kota Lahad Datu waktu sudah menjelang berbuka puasa..langsung saja aku menuju ke tempat penjaja makanan dan minuman yang berjejer sepanjang jalan di pasar malam itu.
1 plastik es tebu dan1 plastik es campur, aku kira cukuplah untuk "menghajar" rasa hausku ini. Untuk makanan kecil, hmm..di dalam tas ada 1 kotak plastik yang berisi isi dari 2 buah durian yang aku pecah selepas subuh tadi! Yummi...
Malam itu aku mengisi waktu dengan kumpul bersama beberapa teman yang rencananya akan merayakan lebaran di beberapa tempat yang berbeda. Ada Arnik, Yusuf, Arief, Wiku dan Anjar yang berencana pergi ke Tawau dan Taufik yang akan berlebaran di kota Tawau. Malam yang menyenangkan karena aku bisa bertemu dengan kawan-kawan seperjuangan di 1 tempat yang sama..
Hari Sabtu, 27 September 2008, Udara cukup panas di kota Lahad Datu dan situasi di stasiun antar kota terlihat lengang. Sakit radang tenggorakanku yang baru 3 hari sembuh sepertinya mulai kambuh lagi. "Apa karena makanan dan minuman yang aku konsumsi kemarin ya?" begitu pikirku. Apalagi semalam aku tidak tidur sama sekali..huh! Dengan memikirkan nanti siang aku akan menempuh perjalanan ke kota Tawau selama 3 jam ditambah dengan tenggorokanku yang gatal-gatal dan mulai batuk-batuk kecil, hari itu aku nekat batalin puasa persis jam 12 siang..hihihi! Musafir kan?
Mungkin Allah SWT tidak berkenan dengan keputusanku itu sehingga selama perjalanan "penderitaan"ku ditambah dengan perut yang mulas-mulas! Huuuaaaa...benar-benar penderitaan yang luar biasa karena aku harus menahan hajat besarku selama 1 jam menjelang kota Tawau. Cara tradisional ala Jawa pun sempat aku praktekkan saat itu yaitu dengan menggenggam batu kerikil di tangan kiri kanan dan entah itu sugesti atau apa karena aku sendiri tidak tahu namun nyatanya aku bisa "survive" sampai di kota Tawau! Hahaha..
Dari terminal bas Tawau, aku pun mulai berjalan menyusuri kota Tawau menuju penginapan di mana kawan-kawanku yang lain sudah tiba lebih dulu siangnya melewati pinggir pantai. Lumayan segar tubuhku di hembus angin laut di malam hari. Tiba di penginapan sudah pukul 9 malam dan setelah mengobrol ke sana ke mari maka kami semua menuju ke Cafe Sedap Corner untuk main internet sambil menunggu waktu sahur tiba. Teringat "penderitaan"ku di waktu siangnya maka aku berniat untuk tetap berpuasa meskipun tenggorakanku masih gatal..uuh! Kami pun ada di tempat itu sampai waktu sahur tiba dan mata mulai mengantuk..
Hari Minggu, 28 September 2008, Terkaget-kaget kami terbangun karena mendengar Hadi, salah seorang kawanku mengatakan bahwa Mas Rahman dan anak istrinya akan tiba di kota Tawau 1 jam lagi. Keluarga merekalah yang rencananya akan kami singgahi untuk berlebaran dan liburan di Sungai Nyamuk untuk beberapa hari ke depan. langsung saja kami berebutan ke kamar mandi dan mulai mengemasi barang-barang yang masih berceceran di dalam kamar penginapan kami itu.Dasar..!!!
Pukul 10 pagi kami sudah check out dari penginapan dan berjalan ke titik pertemuan dengan mereka. Lumayan jauh juga sih jaraknya..kira-kira 2 Km lah! Sesampainya di sana ternyata mas Rahman dan istrinya malah sedang asyik berbelanja kebutuhan lebaran..huh! Terpaksa kami menunggu mereka sambil terkantuk-kantuk karena kurang tidur malamnya apalagi perahu yang akan kami naiki belum juga siap berangkat dengan alasan menunggu air laut pasang dan itu akan terjadi sekitar 2 jam lagi..lengkap sudah rasa kebosanan kami saat itu.
Sambil menunggu waktunya tiba, aku sempatkan untuk berjalan-jalan di sekitar pelabuhan sandar bagi perahu-perahu dengan route Tawau-Sungai Nyamuk PP. Namanya juga pelabuhan sandar, semuanya dalam kondisi non permanen. Barang-barang bawaan penumpang masih berhamburan di sekitar dermaga dan yang membuatku mual adalah adanya tumpukan bangkai ayam yang dibiarkan saja sehingga baunya benar-benar menusuk hidung kami..hooeeek!
Pukul 14.00, setelah semua penumpang masuk ke dalam perahu akhirnya perahu yang kami naiki mulai meninggalkan pelabuhan itu. Ada sekitar 20 penumpang lengkap dengan barang-barang bawaanya. Malah ternyata di antara mereka ada yang baru membeli Ice Box di Tawau.
Mak Cik Haji, si pemilik perahu tersebut mengatakan bahwa nanti kita akan melewati 5 check point ( 2 pos jaga milik Tentera Laut Diraja Malaysia, 2 pos jaga milik Polis Diraja Malaysia dan 1 pos jaga milik TNI AL ).
Check point demi check point dalam wilayah laut Malaysia kami lewati dengan hati yang berdebar-debar. Takut kalau nantinya mereka akan menangkap karena menurut mas Rahman hal itu bisa saja terjadi karena yang namanya razia itu bisa dilaksanakan kapan saja. Adanya check point itu cuma sekedar mencatat kapal barang atau perahu nelayan yang keluar masuk ke dalam 2 negara itu dan bukan untuk kapal atau perahu penumpang seperti yang kami naiki saat itu.
Ada hal yang menarik di sini yang bisa aku lihat yaitu yang namanya safety procedure itu sangat di pegang dan di taati oleh para pemilik kapal dan perahu di sini. Hampir semua penumpang menggunakan jaket pelampung untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak di inginkan. Kenyataan ini sangat bagus tapi jujur saja malah membuat kami yang baru pertama kali melakukan perjalanan melalui jalur ini malah ketakutan karena bisa saja perahu yang kami naiki akan mengalami peristiwa itu..fiiuuuh!
Beberapa menit kemudian kami sudah meninggalkan check point ke 4. Gelombang laut lumayan tenang dan langit sedikit mendung. Di tengah perjalan kami melihat ada 1 speed boat milik Polis Diraja Malaysia yang melaju cukup kencang dan ternyata boat itu sedang mengejar boat yang ada di depannya. Rupanya boat yang ada di depan itu tadi menghindari check point yang kami singgahi sebelumnya. Entah kenapa boat itu tidak mau melapor di check point tapi yang jelas kalau sampai tertangkap ya siap-siap saja karena penjara sudah menunggu awak boat itu.
Perjalanan laut dengan mengguanakan perahu ternyata cukup menyenangkan juga! Rasa takut yang tadi sempat menghantui lambat laun berubah menjadi kegembiraan karena di sepanjang jalan kami banyak bercanda. mendung yang menggelayut sudah berubah menjadi titik-titik gerimis kecil tapi kami menduga hal ini itu tidak akan berlangsung lama karena matahari masih menyinarkan cahayanya. Sesekali gelombang laut agak meninggi tapi tenang kembali. Awak perahu yang duduk di atas perahu bagian depan terkadang mengingatkan nahkoda perahu untuk mengurangi laju perahu karena di depan ada beberapa batang kayu besar yang terhanyut arus menuju ke tengah lautan. Apakah itu sisa-sisa illegal logging ya?
Kira-kira ada 45 menit perjalanan kami di laut itu ketika akhirnya kami melihat bendera merah putih di sebuah tonggak di sekitar hutan bakau. Ah..ternyata itulah tapal batas negara Indonesia dengan negara Malaysia! Aduh..senang rasanya memasuki wilayah negara sendiri. Seolah-olah kami sudah seperti benar-benar balik kampung halaman sendiri! Hehehehe..
Perahu memperlambat lajunya ketika sudah mendekati pos penjagaan TNI AL di wilayah Sebatik. Jujur saja, kalau mau membandingkan kondisi pos penjagaan, baik dari bangunan maupun dari perlengkapan, persenjataan dan kapal yang ada di pos penjagaan tersebut memang sangat jauh dengan apa yang sudah kami lihat di pos penjagaan milik polisi dan angkatan laut Malaysia.Aku membayangkan seandainya mereka menyerbu ke wilayah ini pasti para anggota TNI dan Polisi RI di wilayah ini akan sempat kocar-kacir tapi semoga saja tidak akan terjadi peristiwa itu.
Bersambung..
Komentar